Mengapa sulit khusyuk dalam salat (5-habis)

Dimas Cokro Pamungkas
Assalamu alaikum wa rahmatullaahi wa barakatuh.

Mengapa sulit khusyuk dalam salat? Karena 'Ath Thobiah Assayyiah', masih punya sifat tabiat buruk seperti sombong, diam-diam merendahkan orang lain, dengki, dendam, pemarah, buruk sangka, riya, sumah, ujub, bangga diri dan sebagainya. Sehingga salatnya tidak membawa pengaruh apa-apa, bahkan bisa jadi salatnya menjadi fitnah karena dia melakukan bukan karena Allah, tetapi 'yurounnaas' riya, karena ingin pujian dan perhatian manusia (QS 107: 6).

Atau diam-diam saat salat karena diangkat sebagai imam atau pandai ilmu atau bacaannya sangat bagus atau karena rajinnya salat dia bangga diri. Dalam hatinya, "tidak ada orang lebih pantas menjadi imam selain aku", "tidak ada orang sealim aku di musalla ini", "tidak ada suara sebagus bacaanku", dan seterusnya. Inilah yang disebut ujub, "Innama yataqobballahu minal mutawadhiin", Allah hanya menerima hamba yang benar-benar lurus niatnya disertai penuh kerendahan diri dihadapanNya. Subhanallah.

Mengapa sulit khusyuk dalam salat?

Karena 'goirul isti'daadi', tidak mempersiapkan diri secara maksimal menghadap Allah, seperti pakaian kurang bersih, kurang rapi padahal ada pakaian bersih dan rapi, mukena yang bau apek atau badan yang masih kotor padahal masih bisa membersihkan, atau tempat ibadah kurang bersih, atau dengan sengaja mengulur-ulur waktu salat.

Imam Ghazali berkata, "Siapa dengan sengaja mengulur waktu salat tanpa alasan yang dibenarkan syar'i, maka sungguh setengah kekhusyukan telah hilang dari salatnya," berarti orang yang memperhatikan salat di awal waktu itu sungguh telah meraih setengah kekhusyukan. Kemudian membiarkan diri tidak paham salat dengan tidak mau meningkatkannya untuk belajar.

Akhirnya salat hanya sekedar-sekedar, maka hasilnya pun sekedar-sekedar. Tidak heran salatnya tidak berpengaruh dalam kesehariannya.

Sahabatku, tentu sangat beda hasilnya mereka yang sungguh-sungguh belajar dan mempersiapkan diri untuk salat dengan yang sekedar-sekedar, atau malas salat.

Mengapa sulit khusyuk dalam salat?

Karena 'hubbul mubaahah wal karohah', membiasakan bersenang-senang dengan yang mubah dan yang makruh, seperti berlama-lama nongkrong depan TV, berlama-lama nonton film, berlama-lama dengar musik, asyik dengan hobi, seperti berjam-jam main catur, mancing, banyak bicara yang tidak perlu, kuat sekali merokoknya bahkan sudah nyandu, makan terlalu kenyang, terlalu banyak bercanda dan tertawa, terlalu lama tidur, dan sebagainya.

Hal-hal inilah yang membuat hati lupa dan lalai pada Allah. Kalau dibiarkan terus hati keras, maka semakin sulit merasakan kekhusyukan.

Cobalah sahabatku, tiga hari saja tidak menonton TV, sibukkan diri dengan khatam Alquran, tidak bicara kecuali yang penting dengan tetap menjaga kesantunan, niscaya akan merasakan suasana berbeda, lebih nikmat beribadah, karena kekhusyukan itu berangkat dari hati yang lembut, bersih dan terjaga.

"Sungguh beruntunglah orang-orang beriman yang selalu menjaga kesucian hatinya dengan zikir dan salat," (QS 87: 14-15). Subhanallah.