Sikap toleran adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang.
Pasalnya, setiap orang diciptakan berbeda-beda. Secara personal, mereka
membawa karakternya masing-masing dan secara sosial, mereka terlahir
dalam lingkungan yang berbeda-beda pula. Hal inilah yang membuat manusia
begitu beragam. Mereka berbeda dalam negara, bangsa, budaya, bahasa,
agama, dan seterusnya. Ketika seseorang hidup di tengah masyarakat yang
beragam itu maka sikap toleran mutlak diperlukan agar tidak terjadi
gesekan-gesekan sosial.
Sikap toleran juga sangat diperlukan tak
terkecuali dalam konteks beragama. Baik itu intern (sesama) maupun
ekstern (antar) umat beragama. Dalam kasus intern beragama (Islam),
tidak jarang kita mendapati antar organisasi sosial-keagamaan bertengkar
karena perbedaan-perbedaan di antara mereka. Begitu juga dalam hal
ekstern beragama, sering sekali terjadi konflik yang disebabkan karena
berbeda agama. Padahal kalau kita hayati dengan pikiran yang jernih,
perbedaan-perbedaan tersebut tidak akan hilang sampai kapan pun karena
itu merupakan kodrat ilahi.
Allah SWT berfirman: "...Sekiranya
Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan…(QS Al-Maidah: 48).
Ayat ini
menyiratkan makna bahwa perbedaan (dalam beragama) adalah kehendak Allah
sendiri dengan maksud yaitu untuk menguji manusia dengan perbedaan
tersebut, manakah di antara mereka yang paling banyak amal baiknya (fas
tabiqul khairat).
Islam sangat menjunjung tinggi nilai toleransi
(beragama). Dalam Alquran dikatakan bahwa tidak ada paksaan dalam
beragama (QS Al-Baqarah: 256). Kemudian dikatakan pula, bagimu agamamu
dan bagiku agamaku (QS Al-Kafirun: 6).
Berpegang teguh dengan
agama yang diyakini adalah suatu keharusan. Tetapi itu tidak berarti
menghilangkan sikap toleran dan menghalalkan sikap memaksakan kehendak
kepada orang lain.
Ketika seseorang kehilangan sikap toleran,
maka yang terjadi kemudian adalah sikap memaksakan kehendak. Apapun akan
ia lakukan agar orang lain yang berbeda dengannya itu mengikuti apa
yang ia yakini, termasuk dengan cara kekerasan dan pembunuhan.
Ironisnya,
kini ada orang atau kelompok yang menghalalkan kekerasan dan pembunuhan
dengan mengatasnamakan Islam, padahal Islam sangat menghargai nilai
kemanusiaan dan menghargai hak hidup manusia (Lihat QS Al-Maidah: 32).
Sikap
toleran dan penghargaan terhadap nilai kemanusiaan ini juga ditampakkan
Rasulullah SAW seperti terdapat dalam satu riwayat bahwa Nabi pernah
berdiri dari duduknya ketika ada jenazah seorang Yahudi yang lewat
didekatnya dan ketika dikatakan kepada beliau bahwa jenazah itu adalah
orang Yahudi, beliau bersabda, “Bukankah ia manusia juga?” (HR.
Bukhari).
Manusia diciptakan memang berbeda-beda. Tetapi
hendaknya perbedaan-perbedaan ini (termasuk perbedaan dalam agama) tidak
menjadi pemicu konflik. Dalam hal ini Allah menyuruh kita untuk ta’aruf
(saling mengenal). Karena dengan ta’aruf maka kemudian akan muncul
sikap menghargai dan toleransi. Dengan toleransi, insyaallah, akan
tercipta kedamaian di muka bumi.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal….” (QS Al-Hujurat: 12).